Industri pesawat terbang Indonesia terus berkembang. PT Dirgantara
Indonesia, badan usaha milik negara (BUMN) strategis, bekerja sama
dengan Eurocopter dalam mengembangkan helikopter EC 725 Cougar.
Setelah tiga tahun pengembangan, fuselage (badan helikopter) Cougar
akhirnya rampung. Helikopter tersebut didesain oleh Eurocopter, industri
helikopter yang bermarkas di Perancis dan merupakan pemegang hak cipta
dari helikopter Cougar.
Awalnya PT Dirgantara Indonesia (PT DI)
merakit helikopter ini atas pemesanan dari TNI Angkatan Udara sebanyak
empat unit. Eurocopter kemudian mengirim desain Cougar. Namun, desain
yang dikirimkan ternyata belum sempurna.
"
Mulanya kami seperti
subkontrak, mereka memberikan desain, kami yang mengerjakan. Tapi ini
berbeda. Gambar-gambar yang diberikan kepada kami itu belum matang.
Belum bisa menjadi komponen dan masih banyak kesalahan. Kami membantu
desain tersebut menjadi desain utuh," ujar Sonny Saleh Ibrahim, Kepala
Komunikasi PT DI, Rabu (23/10/2013).
Karena turut serta dalam
mendesain Cougar, PT DI tentu mendapat keuntungan. "Akhirnya kami
investasi juga di dalam, tapi investasi produksi. Tools-nya jadi tools
kami. Jadi, nanti suatu hari misalnya negara lain membeli Cougar di
Eurocopter, komponennya dibuat di sini, lalu kirim ke Perancis," kata
Sonny.
PT DI menjadi mitra strategis Eurocopter. Hal ini sudah
berlangsung selama tiga tahun sejak TNI AU melakukan pemesanan pada
tahun 2010. PT DI bertugas mengerjakan fuselage dan tail boom (buntut
helikopter) sambil mengembangkan desain. Baling-baling dan sisanya
dikerjakan oleh Eurocopter.
Setelah menerima desain untuk
pembuatan fuselage dan tail boom, karya PTDI ini diserahkan kepada
Eurocopter untuk dipasangi mesin dan komponen lainnya. Helikopter belum
rampung karena masih harus diserahkan kembali ke PT DI untuk pemasangan
komponen elektronik dan lain-lain. Jika rampung, maka helikopter
berkapasitas 22 orang ini bisa diserahkan ke TNI AU sebagai pemesan.
Bagaimana
dengan pemasangan persenjataan di Cougar ini? "Selama persenjataan yang
digunakan adalah produksi PT Pindad, kami yang akan memasangnya. Kalau
impor, TNI AU sendiri yang akan pasang karena mereka yang tahu," ujar
Sonny.
Tak hanya dengan Eurocopter, kerja sama serupa juga
dilakukan oleh PT DI dengan perusahaan Airbus. PT DI menjadi penyuplai
global. "Global supplier itu, kami membuat komponen untuk Airbus atau
Eurocopter, lalu pesawatnya dipakai di seluruh dunia," kata Sonny.
Karya
dari jerih payah anak bangsa Indonesia akhirnya bisa berkibar juga di
dunia internasional meski sebagian bahan baku masih harus diimpor. Sejak
1976, pembuatan helikopter di PT DI selalu atas lisensi penuh dari luar
negeri. Pembuatan Cougar ini menjadi yang pertama bagi PT DI dalam
berposisi sebagai mitra strategis industri luar negeri.
Pembuatan
helikopter di PT DI dimulai dengan jenis NBO 105 pada 1976, dilanjutkan
dengan Puma NSA 330 dan Super Puma NAS 332 di tahun 1982. Dua tahun
kemudian, pada 1984, PT DI memproduksi lagi Nbell 412.
EC 725
Cougar sendiri dikerjakan sejak 2010, diikuti pengerjaan Bell 412-EP
pada 2011. Helikopter Cougar sendiri merupakan evolusi dari Super Puma
NAS 332. Hingga saat ini, Super Puma NAS 332 sudah diproduksi sebanyak
20 unit. Sebagian besar produksi digunakan oleh TNI AU. (Rhea Febriani
Tritami)
No comments:
Post a Comment